BUDIDAYA ULAT HONGKONG

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Selain sebagai petani, pada umumnya masyarakat Indonesia  mempunyai usaha sampingan seperti peternakan, perdagangan dan lain sebagainya.

Peternakan ulat hongkong merupakan salah satu upaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi usaha peternakan rakyat. Selain karena cara budidaya yang mudah, peternakan ulat hongkong juga mempunyai peluang bisnis yang cukup menjanjikan mengingat  pangsa pasar yang sangat kondusif di Indonesia. Walaupun bernama ulat Hongkong, ulat ini jangan sekali-kali diterjemahkan sebagai “Hongkong Worm”, karena bisa saja orang malah akan mengernyitkan dahinya untuk mencoba mengerti apa yang anda maksud dengan “Hongkong Worm”. Mereka telah mempunyai nama “keren” di luar Indonesia sebagai Meal Worm atau Yellow Meal Worm . Ulat Hongkong sebenarnya merupakan larva dari serangga yang bernama latin Tenebrio molitor. Serangga ini merupakan hama pada produk biji-bijian atau serealia.

Di Indonesia, ulat hongkong dimanfaatkan sebagai pakan burung dan pakan ikan. Dengan meningkatknya bisnis ikan hias dan bisnis burung, baik burung hias maupun burung berkicau  akhir-akhir ini, tentunya kebutuhan terhadap ulat hongkong juga akan meningkat. Jenis burung yang menyenangi ulat hongkong cukup banyak macamnya diantaranya adalah kacer, jalak putih, cucak biru, culik-culik, kenari, cucakrawa, beo, murai daun, poksay, hwamei, murai batu, jalak bali dan jenis burung pemakan serangga lainnya.Oleh karena itu, usaha peternakan ulat hongkong perlu ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya. Dari segi kuantitas, berarti peternakan ulat hongkong perlu disebarluaskan pada masyarakat umum dan dari segi kualitas, berarti teknik  peternakan baik yang menyangkut pakan, papan maupun pemeliharaan harus ditingkatkan dan diperbaiki.

Taksonomi, Morfologi dan Habitat  Ulat Hongkong

Klasifikasi Ulat Hongkong

Kingdom         : Animalia

Phylum            : Arthropoda

Class                : Insekta

Order               : Coleoptera

Suborder         : Polyphaga

Family             : Tenebrionidae

Genus              : Tenebrio

Spesies            : Tenebrio molitor

Tenebrio molitor lebih dikenal sebagai serangga, yang larvanya biasa dijadikan pakan burung peliharaan. Serangga T. molitor mempunyai sebaran luas hampir diseluruh permukaan planet bumi ini. Mereka mempunyai panjang tubuh sekitar 13 – 17 mm. Serangga ini aktif di malam hari , dan sering menyerang karpet, pakaian dan juga tanaman kering. Sedangkan ulatnya memakan biji-bijian, sereal, dan makanan cadangan manusia lainnya. Suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan ulat hongkong  kalau suhunya optimal panjangnya bisa sampai 3 cm dan akan terlihat segar.

Gambar1. Larva (A), Kulit Larva setelah Moulting (B), Pupa (bagian belakang dandepan) (C) dan Kumbang Dewasa (T. molitor) (D) (Attawer, 2003)

Telur T. molitor berbentuk oval dan sangat sulit dilihat dengan ukuran panjangnya 1 mm. Ukuran panjang larva 30-35 mm, tubuhnya keras dan berwarna kuning kecoklatan. Ukuran pupa panjangnya sekitar 20 mm dan kumbang berwarna hitam mengkilat sekitar 15-20 mm ( Salem, 2002). Telur serangga-serangga yang berbeda sangat besar variasi penampilannya, kebanyakan telur adalah bulat, oval, atau memanjang. Kebanyakan telur serangga diletakkan dalam satu situasi dan mereka memberikan sejumlah perlindungan, pada waktu menetas akan mempunyai kondisi yang cocok bagi perkembangannya (Borror etal., 1982). Kumbang betina meletakkan telur satu-satu atau dibungkus dengan substansi yang dapat mengeras menjadi masa telur atau didalam suatu kantong yang dikenal sebagai ootheca (Noerdjito, 2003).

Bentuk larva kumbang sangat bervariasi, namun pada umumnya mempunyai kepala yang mudah dibedakan dari toraks (Noerdjito, 2003). Larva merupakan bentuk siklus hidup kedua dan mempunyai 13-15 segmen berwarna coklat kekuning-kuningan pada bagian tubuh (Salem, 2002). Instar-instar awal seperti cacing, dan yang muda pada tahapan ini disebut larva. Instar-instar larva yang berbeda tetapi sama dalam bentuk dan berbeda dalam ukuran (Borror et al., 1982).

Mengikuti instar larva terakhir, serangga berganti bentuk menjadi satu tahapan yang disebut dengan pupa. Serangga tidak makan pada waktu pupa dan tidak aktif (Borror et al., 1982), dan dikenal sebagai stadium istirahat, berwarna pucat, mirip mumi kumbang dewasa (Noerdjito, 2003). Pupa kumbang bertipe exarate, artinya dilengkapi dengan anggota tubuh yang bebas, terlihat dari luar, serta tidak berpegang erat pada substrat tempat berkembangnya pupa. Pada fase ini kumbang tidak makan, dan tidak aktif bergerak, tetapi didalam tubuh pupa terjadi perubahan besar organ-organ larva menjadi organ kumbang dewasa (Noerdjito, 2003). Tahap akhir setelah pupa yaitu dewasa. Dewasa pucat warnanya bila serangga muncul pertama kali dari pupa, dan sayap-sayapnya adalah pendek, lunak dan berkerut (Borror et al., 1982). Tubuh kumbang akan mengalami pengerasan (sklerotisasi) yang kuat dan berwarna lebih gelap, biasanya memerlukan waktu dari beberapa jam sampai waktu yang lama tergantung jenisnya (Noerdjito, 2003).

Seperti kebanyakan serangga, kumbang mempunyai dua pasang sayap, pasangan sayap depan tebal seperti kulit keras, disebut elytra, sebagai pelindung. Pada saat istirahat tepi dalam kedua elytra bertemu pada satu garis lurus dipunggung. Pasangan sayap belakang tipis (membraneus), dalam keadaan istirahat terlipat dibawah pasangan sayap depan dipergunakan untuk terbang (Maddison, 1995).

Ulat adalah tahapan larva dari kumbang T. molitor dan merupakan hama butiran serta produk butiran (Robinson, 1998). Kumbang dalam genus Tenebrio memakan produk butira-butiran baik pada tahapan larva maupun dewasa (Borror et al.,1982). Sebagian besar hama butiran dapat hidup pada butiran yang disimpan dengan kadar air 11,5 14,5%. Ulat hongkong mampu bertahan hidup pada kisaran suhu 25-270C (Robinson, 1998). Ulat hongkong (T. molitor) itu berpotensi sebagai hama gudang (Karjono, 1999).

Makanan dan Strategi Makan Ulat Hongkong

Makanan adalah suatu fakor yang sangat penting dalam menentukan banyaknya hewan dan tempat ia hidup (kemudian penyebarann
ya). Tingkah laku makan seekor serangga, apa yang dimakannya dan bagaimana ia makan, biasanya menentukan nilai ekonomik serangga. Tipe dan jumlah makanan yang dimakan dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, kelakuan dan berbagai sifat-sifat morfologi lainnya, misalnya ukuran dan warnatubuh (Borror et al., 1982).

Serangga makan hampir segala macam, tidak terbatas makanan, dan mereka makan dalam banyak cara yang berbeda-beda (Borror et al., 1982). Dengan komposisi pakan seperti yang diberikan kepada induk, pertumbuhan larva relatif cepat. Kecepatan pertumbuhan dapat di deteksi dengan melihat pertambahan berat dari setiap kotak. Induk ulat dijamin tidak akan terbang selama masih ada pakan (Karjono, 1999).Gambar 3a. Pemberian pakan pada ulat hongkong  3b. pakan dimasukan pada media pembibitan ulat hongkong
Makan yang diperlukan oleh ulat hongkong yaitu:Makanan yang diperlukan serangga meliputi 10 asam amino esensial yang juga esensial bagi manusia (arginin, histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan dan valin), sejumlah vitamin B, sterol beberapa turunan asam nukleat dan beberapa mineral (Borror et al., 1982). Makanan yang menyangkut kualitas dan kuantitasnya, pertumbuhan yang sangat cepat tidak akan tampak bila tidak didukung dengan pakan yang mengandung protein dan asam amino yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan ternak (Rasyaf, 1999). Serangga juga membutuhkan makanan yang mengandung air, mineral dan bahan organik untuk petumbuhan dan reproduksinya (Wigglesworth, 1972).

  • Pollard merupakan hasil ikutan dari penggilingan gandum yang mempunyai potensi untuk dijadikan sebagai pakan alternatif pengganti jagung. Kandungan zat nutrisi pollard hampir sama dengan jagung dan ini dapat diketahui dari kandungan protein yang cukup tinggi yaitu 15,1%. Pollard memiliki ciri yang kaya akan serat, amba dan rendah kandungan energy metabolisnya tetapi pollard sangat kaya akan protein dan profil asam aminonya mirip dengan gandum. Pengukusan pollard akan meningkat kandungan energinya sebanyak 10% dan P meningkat ketersediaan sebanyak 20% (Amrullah, 2003). Kandungan serat kasar pada pollard agak rendah, yaitu sekitar 10%, kandungan lemaknya hanya 4% dan kandungan energi metabolismenya sekitar 1.300 kkal/kg (Rasyaf, 1999).
  • Bekatul halus adalah dedak yang diperoleh dari pengayakan hasil ikutan dan penumpukan pada gelombang kedua dan ketiga atau hasil pengasahan pertama (huller) atau kedua (Parakkasi, 1999). Bekatul mengandung karbohidrat cukup tinggi, yaitu 51-55 g/100 g. Kandungan karbohidrat merupakan bagian dari endosperma beras karena kulit ari sangat tipis dan menyatu dengan endosperma. Kehadiran karbohidrat ini sangat menguntungkan karena membuat bekatul dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.  Kandungan protein pada bekatul juga sangat baik, yaitu 11-13 g/100 g. Dibandingkan dengan telur, nilai protein bekatul memang kalah, tapi masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedelai, biji kapas, jagung, dan tepung terigu. Dibandingkan dengan beras, bekatul memiliki kandungan asam amino lisin yang lebih tinggi. Zat gizi lain yang menonjol pada bekatul beras adalah lemak, kadarnya mencapai 10-20 g/100 g. Minyak yang diperoleh dari bekatul dapat digunakan sebagai salah satu minyak makan yang terbaik di antara minyak yang ada, dan sudah dijual secara komersial di beberapa negara. Bekatul beras juga kaya akan vitamin B kompleks dan vitamin E. Vitamin B kompleks sangat dibutuhkan sebagai komponen pembangun tubuh, sedangkan vitamin E merupakan antioksidan yang sangat kuat. Selain itu, bekatul merupakan sumber mineral yang sangat baik, setiap 100 gramnya mengandung kalsium 500-700 mg, magnesium 600-700 mg, dan fosfor 1.000-2.200 mg. Bekatul juga merupakan sumber serat pangan (dietary fiber) yang sangat baik. Selain untuk memperlancar saluran pencernaan, kehadiran serat pangan juga berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol darah.
  • Ampas tahu, Prabowo dkk., (1983) menyatakan bahwa protein ampas tahu mempunyai nilai biologis lebih tinggi daripada protein biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini berasal dari kedelai yang telah dimasak. Ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral mikro maupun makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm (Sumardi dan Patuan, 1983).

Di samping memiliki kandungan zat gizi yang baik, ampas tahu juga memiliki antinutrisi berupa asam fitat yang akan mengganggu penyerapan mineral bervalensi 2 terutama mineral Ca, Zn, Co, Mg, dan Cu, sehingga penggunaannya untuk unggas perlu hati-hati (Cullison, 1978).

Pertumbuhan ternak yang di beri pakan ampas tahu lebih cepat dari pada yang tidak diberi. Jika dikalkulasi nilai ekonomi peternak akan mendapat untung yang lebih.

Pada ulat berusia 1 bulan belum diberi makan sedangkan pada usia 1,5-2 bulan diberi makan berupa campuran ampas tahu dan bekatul. Ketika ulat hongkong sudah berubah menjadi serangga atau kepik diberi makan labu siam setiap 3 hari sekali.

Konsumsi dan Konversi Pakan

Tingkat konsumsi adalah jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan apabila bahan pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake atau VFI) dapat menggambarkan palatabilitas (Parakkasi, 1999). Ransum broiler starter mengandung obat-obatan seperti coccidiostat, antibiotika dan antioksidan yang diperkirakan mempengaruhi konsumsi (Rasyaf, 1999). Menurut Wahju (1997) menyatakan, bahwa konsumsi ransum yang rendah berakibat penurunan konsumsi protein yang diperlukan untuk pertumbuhan optimum dan produksi.

Menururt Parakkasi (1999), konsumsi pakan merupakan faktor esensial yang menjadi dasar untuk hidup dan menentukan produksi. Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah hewannya sendiri, makanan yang diberikan dan lingkungan tempat hewan itu dipelihara. Menurut Hutauruk (2005) hasil penelitian menunjukkan, bahwa pemberian pakan ke ulat tepung dapat dilakukan berdasarkan umur dan juga dengan memperhatikan atau mempertimbangkan faktor lain.

Konversi pakan adalah total pakan yang dikonsumsi untuk menaikkan bobot badan sebesar satu satuan (Kasim, 2002). Semakin rendah nilai konversi pakan berarti semakin efisien penggunaan pakannya atau semakin sedikit pakan yang dibutuhkan untuk menaikkan bobot badan sebesar satu satuan. Konversi pakan sangat baik digunakan sebagai pegangan efisiensi produksi karena erat kaitannya dengan biaya produksi. Keefesienan pakan dapat dilihat dari nilai konversi rendah, semakin rendah nilai konversi pakan maka efesiensi penggunaan pakan semakin tinggi (Rasyaf, 1999).

Pertumbuhan Ulat Hongkong

Serangga pada umumnya memiliki kerangka luar, dan bila serangga tumbuh atau meningkat ukurannya, rangka luar harus secara periodik dikelupas dan diganti dengan yang lebih besar (Borror et al., 1982). Menurut Harwood (1978) menyatakan, bahwa setelah menetas, serangga tumbuh melalui rangkaian moulting (melepas kulit lama) dan berkembang dalam kulit yang baru dan lebih besar. Pada tiap-tiap tahapan moulting akan tampak terjadi perubahan sisi luar. Moulting merupakan mekanisme dasar pertumbuhan utama pada serangga (Wigglesworth, 1972), dan dikontrol oleh hormone ecdyson yang dilepaskan oleh kelenjar protoraks (Harwood, 1978).

Menurut Frost (1959) Tenebrio merupakan tipe metamorfosis yang bersifat holometabola karena melewati empat tahap pertumbuhan yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Telur bersifat tidak aktif dan merupakan permulaan, larva bersifat aktif untuk makan dan tumbuh, pupa bersifat tidak aktif mulai beradaptasi dan berubah bentuk menuju ke dewasa, sedangkan kumbang aktif tetapi tidak tumbuh lagi melainkan mempersiapkan diri untuk bereproduksi. Tahapan-tahapan pradewasa dan dewasa serangga yang mengalami metamorfosis sempurna dan sangat berbeda dalam bentuk, hidup dalam habitat-habitat yang berbeda, dan mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang sangat berbeda (Borror et al., 1982).

 

Siklus Hidup Ulat Hongkong

Kumbang ulat hongkong mempunyai siklus  hidup yang terdiri dari empat tahap yaitu telur, larva, pupa dan serangga dewasa atau yang dikenal dengan metamorphosis sempurna (Partosoedjono, 1985).

Gambar 5. Siklus Hidup T. molitor L. (Rudhy, 2004)

  • Telur: Telur T. molitor L. berbentuk oval, berukuran panjang 1 mm dan sangat sulit dilihat (Salem, 2002). Kebanyakan telur serangga diletakkan dalam satu situasi dimana mereka memberikan sejumlah perlindungan sehingga pada waktu menetas akan mempunyai kondisi yang cocok bagi perkembangannya (Borror et al., 1982). Menurut Amir dan Kahono (2003), kumbang betina meletakkan telur satu-satu atau dibungkus dengan substansi yang dapat mengeras menjadi masa telur atau di dalam suatu kantong yang dikenal sebagai ooteka.
  • Larva:  Bentuk larva kumbang sangat bervariasi, namun pada umumnya mempunyai kepala yang mudah dibedakan dari toraks (Amir dan Kahono, 2003). Larva merupakan bentuk siklus hidup kedua dan mempunyai 13-15 segmen berwarna coklat kekuning-kuningan pada bagian tubuh (Salem, 2002).
  • Pupa: Pupa merupakan tahapan siklus hidup ulat hongkong yang tidak makan dan tidak minum, berwarna kuning dan mirip mumi kumbang dewasa (Amir dan Kahono, 2003). Pupa T. molitor L. ini dapat mencapai panjang sekitar 15 mm, lebar 5 mm dan berwarna putih ketika pertama kali terbentuk kemudian berubah menjadi berwarna coklat kekuningan (Singh, 2003).
  • Serangga dewasa: Setelah pupa berumur sekitar 7 hari, kulit pupa pecah dan keluar kumbang. Pada saat baru keluar dari pupa, tubuh kumbang masih lunak dan pucat, sering disebut sebagai “teneral” (Amir dan Kahono, 2003). Menurut Singh (2003), kumbang ulat hongkong dewasa berwarna coklat gelap dengan panjang mulai dari 17 sampai 25 mm. Kumbang betina yang telah dewasa akan bertelur.

Reproduksi Ulat Hongkong

Reproduksi adalah kemewahan fungsi tubuh yang secara fisiologik tidak vital bagi kehidupan individual tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa hewan. Pada umumnya, reproduksi baru dapat berlangsung sesudah hewan mencapai masa pubertas dan diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon yang dihasilkan (Toelihere, 1981). Pada kumbang betina terdapat sepasang indung telur (ovari) yang terdiri dari ovariole. Tiap ovariole merupakan suatu buluh sel epitel yang berisi telur yang berbeda -beda perkembangannya (Partosoedjono, 1985). Kumbang jantan memiliki sistem reproduksi yang terdiri dari sepasang kelenjar kelamin, testes, saluran-saluran keluar dan kelenjar tambahan. Spermatogenesis pada kumbang jantan diselesaikan ketika mencapai tahapan dewasa (Borror et al., 1982). Pada serangga terdapat feromon yang merupakan aksi “bau” pada system syaraf pusat yang dapat mempengaruhi tingkah laku seksual (Nalbandov, 1990). Menurut Tarumingkeng (2001), feromon merupakan senyawa kimia yang terdapat pada serangga untuk komunikasi antar individu serangga, penarik lawan jenis dan mekanisme dalam menemukan makanannya. Husaeni dan Nandika (1989) menyatakan, bahwa faktor fisik (suhu, cahaya, kelembaban, angin dan lain-lain) dan faktor makanan mempengaruhi kemampuan berkembangbiak pada serangga. Telur yang dihasilkan serangga berbeda-beda jumlah, bentuk dan besarnya. Kadang-kadang serangga betina bertelur satu tetapi dalam keadaan ekstrim serangga bisa bertelur lebih dari satu juta (Pracaya, 2003). Kumbang Tenebrio dapat melontarkan 275 telur dalam waktu 22 sampai 137 hari (Lyon, 2001).

 Gambar 6. Serangga jantan dan betina dijadikan dalam satu wadah agar dapat bereproduksi

Kandungan Nutrisi Ulat Hongkong

Ulat hongkong mempunyai kandungan nutrisi kurang lebih : protein kasar 48 %, lemak kasar 40% , kadar abu 3 % , dan kandungan ekstrak non nitrogen 8%. Sedangkan kadar airnya mencapai 57 %. Dengan kandungan nutrisi demikian ulat hongkong tergolong baik sebagai sumber pakan ikan hias. Soemarjoto(1999) menyebutkan bahwa kandungan lemak pada ulat hongkong sering lebih tinggi dari pada kandungan proteinnya, sehingga pemberian ulat hongkong dapat meyebabkan kegemukan pada binatang yang mengkonsumsinya dengan segala aspek ikutannya.

Mortalitas

Mortalitas merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengukur keberhasilan pemeliharaan ternak. Mortalitas adalah perbandingan antara jumlah seluruh ternak mati dengan jumlah total ternak yang dipelihara. Mortalitas dalam usaha peternakan dapat disebabkan karena manajemen pemeliharaan yang kurang baik (Haryadi, 2003). Hasil penelitian Paryadi (2003) menunjukkan, bahwa respon tingkat mortalitas yang tidak berbeda nyata mengindikasikan, bahwa spesies ulat tepung cukup toleran terhadap kandungan protein pakan dengan kisaran yang relatif luas (15,60-21,38%). Koefesienan keragaman tingkat mortalitas dalam penelitian ini semakin besar sejalan dengan penggunaan pollard. Hal tersebut menunjukkan, bahwa ulat tepung semakin sensitif terhadap penggunaan pollard yang terlalu tinggi sehingga mortalitas dari tiap kelompok sangat beragam. Koefesienan keragaman mortalitas yang tinggi pada semua perlakuan menunjukkan, bahwa mortalitas pada ulat tepung dipengaruhi oleh faktor lain di luar faktor perlakuan.

Mortalitas terjadi selama moulting, juga dalam tahap larva atau antara larva dan pupa, atau pupa dan dewasa (Schaffler dan Isely, 2001). Semakin rendah suhu lingkungan akan memperlambat perkembangan (memerlukan lebih dari enam bulan) dan temperatur yang tinggi dapat mengakibatkan peningkatan mortalitas (Culin, 2005).

Faktor suhu dan kelembaban lingkungan harus diperhatikan dalam masa penelitian ulat hongkong. Artinya, suhu dan kelembaban lingkungan membeikan pengaruh langsung dan tidak langsung pada ulat tepung. Bila suhu dan kelembaban pada tempat pemeliharaan ulat hongkong tinggi mengakibatkan ulat tepung menjadi stress sehingga berpengaruh pada tingkat konsumsi pakan yang menurun maka diperoleh pertumbuhan ulat hongkong yang tidak optimal dan bahkan terjadi tingkat mortalitas yang tinggi (Hutauruk, 2005).

Nilai Ekonomi Ulat Hongkong

Secara ekonomis Tenebrio molitor  mempunyai nilai positif, khususnya, ketika dalam fase larva sebagai ulat hongkong, karena mereka bisa diternakan dan dijadikan komoditi yang diperjualbelikan sebagai sumber makanan ikan, reptile, amfibi dan burung. Burung yang mengkonsumsi ulat hongkong yaitu kacer, jalak putih, cucak biru, culik-culik, kenari, cucakrawa, beo, murai daun, poksay, hwamei, murai batu, jalak bali dan jenis burung pemakan serangga lainnya.

Ulat untuk ikan hias biasanya berukuran lebih kecil Yakni berukuran 2 cm dengan berat rata-rata 100 mg, sedangkan udang yang mengkonsumsi yakni udang Windu. Ulat Untuk udang windu biasanya berukuran paling besar Yakni berukuran 3,5 cm dengan berat rata-rata 170  mg dengan usia sekitar 3 ½ bulan dan warnanya cukup gelap.

Teknik Budidaya

Pemeliharaan ulat hongkong tidak terlalu rumit  media pemeliharaan berupa campuran dedak halus(Polard)  dan ampas tahu kering. Tempat pemeliharaannya berupa ember plastik atau baskom atau berupa kayu tripleks dengan dilapisi solatip pada bagian bibirnya.

Gambar 7. Wadah pembibitan yaitu berupa segi empat yang terbuat dari triplek

Pemisahan Kepompong dan kotoran diantisipasi dengan menggunakan teknik pemeliharaan yang baru yakni, wadah tempat ulat hongkong dapat langsung menggunakan penyaring atau ayakan pada sisi alasnya. pakan sampingan yang cukup murah seperti ampas tahu yang masih basah, buah-buahan seperti pepaya, batang pohon pisang, sawi, bayam, batang talas, dan sayuran lain yang banyak mengandung air.

 

Gambar 8. Pemisahan antara serangga dewasa dengan telur melalui penyaringan

Dampak Positif  Pemakaian Ulat Hongkong

  • Burung yang mendapat pakan sampingan ulat hongkong dapat mengeluarkan bunyi atau kicau yang bagus dibandingkan tanpa mengkonsumsi Ulat hongkong
  •  Ikan Yang mendapat pakan sampingan ulat hongkanong aka lebih sehat  dan mempunyai daya tahan tubuh yang relatif baik serta mempunyai daya tarik yang indah dari warna kulitnya.
  • Udang yang mengkonsumsi Ulat Hongkong mempunyai pertumnbuhan yang relatif lebih cepat dari Udang biasa yang tidak mengkonsumsi Ulat Hongkong

 

Dampak Negatif Pemakaian Ulat Hongkong

Selain Dampak Positif, Ulat hongkong juga mempunyai dampak negatif. Selain menambah biaya perawatan, Penggunaan Ulat Hongkong dapat mengganggu  aspek kesehatan, Khususnya pada Burung. Widyaningsih(1999) Burung yang mengkonsumsi ulat hongkong Tidak tertutup kemungkinan akan mengalami beberapa masalah atau penyakit diantaranya Sakit Mata dan Pencernaan Yang tidak Sehat. Sedangkan Pemakaian Ulat hongkong yang berlebihan pada ikan akan menyebabkan kegemukan dan efek lainnya.

Metode Penggunaan Ulat Hongkong Sebagai Pakan Ternak

Ulat Hongkong tidak boleh dikonsumsi burung dalam keadaan hidup. Caranya, Ulat hongkong harus dicelupkan ke dalam air Hangat agar mati. Kemudian baru diberikan kepada burung berkicau. Ulat Hongkong tidak boleh digunakan secara berlebihan karena zat kitinnya yang menyebabkan Burung mengalami gangguan pencernaan. Demikian pula dengan ikan hias. penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan  kegemukan dan gangguan Pada kulit.

Strategi Pemasaran Produk

Pemasaran dilakukan dengan jasa orang ketiga sebagai distributor. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya dan mempermudah pembayaran. Produk yang dipasarkan ada 3 Jenis yakni Ulat Hongkong sebagai Pakan Sampingan/Suplemen  Burung, Ulat Hongkong Sebagai Pakan Sampingan/Suplemen  Ikan Hias, dan Ulat Hongkong Sebagai pakan Sampingan/Suplemen  Udang. Ulat Jenis Ini Berukuran 3 cm dengan berat rata-rata 150 mg. Daerah yang banyak permintaan terhadap Ulat Hongkong ini antara lain Kudus dan Malang. Ulat yang dikonsumsi ikan hias mempunyai perlakuan yang berbeda yakni Ulat yang diberikan setelah ada manipulasi dengan Nutrisi tertentu. Seperti beta karoten yang terdapat dalam wortel. Ulat untuk ikan hias biasanya berukuran lebih kecil Yakni berukuran 2 cm dengan berat rata-rata 100 mg Daerah yang banyak permintaan terhadap Ulat Hongkong ini antara lain Bali. Udang yang mengkonsumsi yakni Udang Windu. Ulat Untuk udang windu biasanya berukuran paling besar yakni berukuran 3,5 cm dengan berat rata-rata 170  mg dengan usia sekitar 3 ½ bulan dan warnanya cukup gelap. Daerah Yang banyak permintaan terhadap Ulat Hongkong ini adalah Semarang. Profit Usaha mengalami penurunan harga karena kendala adanya kematian yang disebabkan oleh iklim yang kurang mendukung. Namun tidak terlalu signifikan dengan Grafik Keuntungan yang tetap naik.  Hasil panen Sekitar 90 Kg. jumlah ini berkurang dari harapan panen mencapai lebih dari 100 Kg.

PENURUNAN ANGKA PENDERITA OBESITAS MELALUI PENERAPAN DIET THERAPY

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1         Latar Belakang

Dewasa ini masalah kegemukan (obesitas) merupakan masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Perubahan gaya hidup termasuk kecenderungan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi merupakan faktor yang mendukung terjadinya kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas.

Seiring dengan meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat, jumlah penderita kegemukan (overweight) dan obesitas cenderung meningkat. Di Indonesia, masalah kesehatan yang diakibatkan oleh gizi lebih ini mulai muncul  pada awal tahun 1990-an. Peningkatan pendapatan masyarakat pada kelompok sosial ekonomi tertentu, terutama di perkotaan, menyebabkan adanya perubahan pola makan dan pola aktifitas yang mendukung  terjadinya peningkatan jumlah penderita kegemukan dan obesitas.

Obesitas (kegemukan) didefinisikan sebagai salah satu penyakit gizi salah akibat kebanyakan asupan bahan gizi (over nutrition). Seseorang dikatakan mengalami obesitas bila berat badan melebihi 10% dari berat badan ideal. Obesitas dapat menimbulkan berbagai penyakit serius, antara lain kencing manis, hipertensi dan jantung. Risiko kematian yang disebabkan oleh diabetes yakni stroke, coronary artery disease, tekanan darah tinggi, kolesterol yang tinggi, ginjal, dan gallbladder disorders.

Obesitas meningkatkan risiko kematian untuk semua penyebab kematian. Orang yang mempunyai berat badan 40% lebih berat dari berat badan rata-rata populasi mempunyai resiko kematian 2 kali lebih besar dibandingkan orang dengan berat badan rata-rata.

Saat ini, 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih (overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700 juta di antaranya obesitas. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun.

Berdasarkan estimasi WHO, faktor obesitas dan kurang aktivitas fisik menyumbang 30% risiko terjadinya kanker. Berdasarkan penelitian, terdapat hubungan antara kanker dengan berat badan berlebih, diet tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik. Jenis penyakit kanker yang timbul akibat faktor risiko ini adalah kanker kerongkongan (oesophagus), ginjal, rahim (endometrium), pankreas, payudara, dan usus besar.

Media informasi yang semakin canggih telah meningkatkan pemahaman masyarakat akan resiko obesitas yang dapat menyebabkan timbulnya beberapa penyakit bahkan dapat mengakibatkan kematiaan. Selain itu ukuran tubuh yang tidak ideal akibat overweight atau obesitas juga dapat menyebabkan rasa rendah diri karena tidak dapat tampil menarik dalam berbagai model pakaian. Kedua hal tersebut merupakan faktor yang telah menyadarkan masyarakat untuk menanggulangi masalah overweight dan obesitas.

1.2         Tujuan

Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

  1. Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Malang.
  2. Untuk mengetahui serta membahas tentang obesitas
  3. Untuk mengetahui upaya mengurangi penderita obesita

1.3  Rumusan Masalah

  1. Apa yang dimaksud dengan obesitas?
  2. Apa saja dampak dari penderita obesitas?
  3. Apa penyebab terjadinya obesitas?
  4. Upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam mengurangi penderita obesitas?

BAB II

PEMBAHASAN

 

 2.1     Pengertian Obesitas

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya.

Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas. Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh.

Obesitas itu sendiri adalah istilah untuk menyatakan badan. Obesitas berarti lemak tubuh yang dapat membahayakan kesehatan, sedangkan Overweight adalah suatu keadaan berat badan yang melebihi berat badan normal atau seharusnya. Obesitas adalah penimbunan lemak tubuh yang berlebihan sehingga berat badan jauh diatas normal dan dapat membahayakan kesehatan.

Kelebihan berat badan dulu sering dikaitkan dengan kemakmuran. Namun, kemudian kelebihan berat badan lebih berkait dengan penampilan, dan akhirnya orang sadar bahwa kondisi ini terkait dengan banyak penyakit. Overweight dan obesitas diketahui dapat memicu beberapa penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus tipe 2, hipertensi dan dislipidemia.

Overweight dan obesitas yang tidak ditangani secara tepat akan meningkatkan penyakit penyerta, memendekkan usia harapan hidup, serta merugikan dari sisi hilangnya produktifitas pada usia produktif. Overweight dan obesitas juga berhubungan erat dengan beberapa penyakit lain seperti artritis (radang sendi), kesulitan bernapas, berhenti napas saat tidur, nyeri sendi, gangguan menstruasi, serta beberapa gangguan kesuburan.

Lemak dalam tubuh yang jumlahnya melebihi 3% dari berat badan disebut timbunan lemak. Seseorang dikatakan mengalami kegemukan (Obesitas) jika terjadi kelebihan berat badan sebesar 20% dari berat badan ideal.

Kegemukan dapat diukur dari timbunan lemak tubuh pada wanita dewasa, dikategorikan kegemukan bila lemak tubuhnya sudah melebihi 30% dari berat badan idealnya. Sedangkan pada pria dewasa, dikatakan kegemukan bila lemak tubuhnya sudah melebihi 27% dari berat badan idealnya.

2.2     Tipe Obesitas

Lemak simpanan dibawah kulit terutama berada disekitar pinggul, paha, dinding perut, punggung dan pangkal lengan. Selain dibawah kulit, lemak simpanan juga berada didalam rongga dada. Lemak simpanan pada rongga perut dan di bawah kulit terus bertambah selama kelebihan energi berlangsung. Pertambahan lemak pada rongga perut dan dibawah kulit dapat mengubah bentuk tubuh seseorang. Jumlah lemak yang normal pada wanita adalah sekitar 15 – 28% dari berat badanya dan untuk pria jumlah lemak yang normal adalah 10 – 18% dari berat badannya. Presentasi lemak simpanan dibawah kulit pada wanita adalah 9% dan pada pria adalah 4,4%, prosentase lemak simpanan dirongga perut dan dada pada wanita adalah 2,3% dan 1,55 pada wanita.

Cara menentukan tebal lemak tubuh bisa dengan cara mengukur tebal lipat kulit atau menentukan status gizi, namun cara ini sangat sulit bagi pemula. Ada cara yang bisa digunakan selain dari mengukur lipat kulit yaitu dengan cara Brocca, tetapi kurang akurat.

Rumus Brocca : BB = [TB(cm)-100] x 100%

Bila hasilnya :

90-110%   = Berat badan normal

110-120% = Kelebihan berat badan (Overweight)

> 120%     = Kegemukan (Obesitas)

2.1.1  Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh

1. Obesitas Tipe Buah Apel

Pada pria obesitas umumnya menyimpan lemak di bawah kulit dinding perut dan di rongga perut sehingga gemuk diperut dan mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel (apple type). Karena lemak banyak berkumpul dirongga perut, obesitas tipe buah apel disebut juga obesitas sentral, karena banyak terdapat pada laki-laki disebut juga sebagai obesitas tipe android.

2. Obesitas Tipe Buah Pear

Kelebihan lemak pada wanita disimpan dibawah kulit bagian daerah pinggul dan paha, sehingga tubuh berbentuk seperti buah pear (pear type). Karena lemak berkumpul dipinggir tubuh yaitu dipinggul dan paha, obesitas tipe buah pear disebut juga sebagai obesitas perifer dan karena banyak terdapat pada wanita disebut juga sebagai obesitas tipe perempuan atau obesitas tipe gynoid.

2.1.2 Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak

1. Obesitas Tipe Hyperplastik
Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan normal, tetapi ukuran sel-selnya tidak bertambah besar. Obesitas ini biasa terjadi pada masa anak-anak.
2. Obesitas Tipe Hypertropik
Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan keadaan normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal. Obesitas tipe ini terjadi pada usia dewasa, Upaya untuk menurunkan berat badan lebih mudah dibandingkan tipe hyperplastik.
3. Obesitas Tipe Hyperplastik Dan Hypertropik
Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik, obesitas ini dimulai pada anak-anak dan berlangsung terus sampai dewasa, upaya untuk menurunkan berat badan paling sulit dan resiko tinggi untuk terjadi komplikasi penyakit.

2.3     Penyebab Obesitas

Obesitas disebabkan karena konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhan. Angka kejadian obesitas pada remaja dan anak yang semula 10-30 % dari penderita obesitas dewasa di negara maju diperkirakan terus bertambah. Adapun pertambahan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu;

  1. Faktor genetik

Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas.

Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.

  1. Faktor lingkungan

Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya).

Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.

  1. Faktor Psikis

Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya.Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.

Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.

Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari).

Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak.

Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.

  1. Faktor Makanan

Jika seseorang mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi sesuai yang dibutuhkan tubuh, maka tidak ada energi yang disimpan. Sebaliknya jika mengkonsumsi makanan dengan energi melebihi yang dibutuhkan tubuh, maka kelebihan energi akan disimpan. Sebagai cadangan energi terutama sebagai lemak seperti telah diuraikan diatas. Maraknya iklan berbagai makanan siap saji di media cetak maupun elektronok, seperti hamburger, hot dog, pizza dan fried chicken, menyebabkan makanan siap saji sangat populer dan digemari, padahal makanan siap saji cenderung mengandung lemak tinggi sehingga banyak mengandung kalori. Selain itu makanan yang tinggi lemak rasanya sangat lezat, sehingga mengakibatkan dikonsumsi secara berlebihan.

Padahal dalam Al Qur’an telah dijelaskan bahwa kita diperintahkan tidak boleh makan secara berlebihan, sebelum kita merasa terlalu kenyang kita diperintahkan untuk menyudahi. Dan perintah tersebut tertera dalam surat (Almaidah : 87).

 

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (QS. Al-Maaidah: 87).

Hal tersebut juga telah di terangkan dalam Firman Allah Q.S Al-A’raaf (31):

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.

  1. Faktor Hormon

Menurunya hormon tyroid dalam tubuh akibat menurunya fungsi kelenjar tyroid akan mempengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan energi akan berkurang.

  1. Faktor kesehatan

Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:

-Hipotiroidisme

-Sindroma Cushing

-Sindroma Prader-Willi

-Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.

  1. Pemakaian Obat-obatan

Efek samping beberapa obat dapat menyebabkan meningkatnya berat badan, misalnya obat kontrasepsi.

  1.  Faktor perkembangan

Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh.

Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.

  1. Aktivitas fisik

Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur.

Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.

2.4     Gejala Obesitas

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

Bentuk muka remaja dengan obesitas tidak proporsional. Hidung dan mulut relatif kecil, dagu ganda dan timbunan lemak di daerah payudara sehingga cenderung membuat malu remaja putra. Perut menggantung, terdapat lipatan dan alat genital khususnya pada remaja putra akan terlihat lebih kecil karena timbunan lemak. Paha dan lengan terlihat besar namun jari tangan sangat runcing.

Untuk menentukan obsitas secara matematis dapat digunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumusnya sangat mudah diaplikasikan yaitu cukup membagi antara berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam dalam meter yang telah dikuadratkan. Bila didapatkan IMT kurang dari 18,5 berarti berat badan kamu kurang dari normal. Berat badan normal adalah antara rentang 18,5 sampai 24,9. untuk kategori overweight adalah antraa rentang 25 sampai 29,9. Namun apabila hasilnya adalah diatas 30 maka dikatakan mengalami obesitas.

2.5     Dampak Obesitas

Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi merupakan dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas secara langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang. Overweight dan obesitas dapat dimulai pada usia berapapun. Beberapa periode usia menunjukkan kemungkinan yang besar terhadap terjadinya Overweight dan obesitas. Overweight dan obesitas sejak usia belia cenderung lebih berat dan berisiko tinggi menjadi obesitas di masa dewasa. Karena itu, pencegahan Overweight dan obesitas pada masa anak sangat penting.

Obesitas tiga kali lebih banyak dijumpai pada wanita, keadaan ini disebabkan metabolisme pada wanita lebih rendah apalagi pada pascamenopouse. Obesitas dapat menyebabkan gangguan proses reproduksi pada wanita, salah satunya adalah sindroma ovarium polikistik (SPOK).

Obesitas meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:

  1. a.         Jantung Koroner

Salah satu penyebab jantung koroner adalah kebiasaan makan makanan berlemak tinggi terutama lemak jenuh. Agar lemak mudah masuk dalam peredaran darah dan diserap tubuh maka lemak harus diubah oleh enzim lipase menjadi gliserol. Sebagian sisa lemak akan disimpan di hati dan di metabolisme menjadi kolesterol pembentukan asam empedu yang berfungsi sebagai pencerna lemak. Semakin banyak konsumsi lemak, berarti semakin meningkat pula kadar kolesterol dalam darah. Penumpukan kolesterol tersebut dapat menyebabkan (arteriosklerosis) atau penebalan pada pembuluh nadi koroner (arteria koronaria). Kondisi ini mengakibatkan kelenturan pembuluh nadi menjadi berkurang. Serangan jantung koroner pun akan lebih mudah terjadi ketika pembuluh nadi koroner mengalami penyumbatan. Ketika itu pula aliran darah yang membawa oksigen ke jaringan dinding jantung pun terhenti.

Selain mengurangi konsumsi makanan berlemak jenuh tinggi, peningkatan konsumsi makanan berserat setiap hari ternyata mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah yang berarti pula menurunkan risiko serangan penyakit mematikan ini. Dari hasil penelitian para ilmuwan dari National Heart, Lung and Blood Institut di Bethesda, Maryland, Amerika dikatakan bahwa setiap penurunan1% kolesterol dalam darah akan menurunkan risiko serangan jantung koroner sebesar 2%.

Serat makanan yang efektif menurunkan kolesterol adalah serat yang larut dalam air. Jenis serat ini mudah difermentasikan oleh bakteri kolon (laktobacillus) menjadi asam lemak rantai pendek (short-chain faity acid) dan gas (flatus). Asam lemak rantai pendek tersebut mampu mengikat asam empedu didalam usus. Berkurangnya asam empedu akan memperlambat penyerapan lemak. Hal ini berarti pula akan menurunkan kadar kolesterol darah. Selanjutnya, kelebihan asam empedu di pencernaan akan dibuang bersama – sama fases. Untuk memudahkan pengeluaran fases perlu dibantu dengan konsumsi serat tidak larut air.

James Anderson dari Universitas kentucky, Amerika Serikat, membuktikan bahwa pemberian 90g oatmeal atau kacang-kacangan setiap hari pada penderita kolesterol tinggi, mampu menurunkan kolesterol darah hingga 20%. Penurunan lemak darah itu berasal dari pengurangan konsumsi lemak selama diet sebanyak 5% dan 15% sisanya merupakan angka penurunan kolesterol karena penambahan serat larut air dalam menu diet. Data tersebut juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Van Horn dari American Heart Association. Menurut Horn dengan mengkonsumsi 60g makanan mengandung serat larut air seperti oatmeal atau kacang – kacangan tiap hari, dapat menurunkan kolesterol darah sebanyak 5,6 – 6,5 mg.

  1. b.      Kencing Manis (Diabetes Mellitus)

Penyakit diabetes mellitus (DM) terjadi karena hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas tidak memadai lagi jumlahnya untuk proses metabolisme karbohidrat secara normal. Akibatnya, sebagian besar glukosa yang dikonsumsi tidak dapat diubah menjadi glikogen. Akibatnya, gula darah bertambah tinggi (hiperglikemia). Sedangkan sebagian dari kelebihan glukosa dalam darah tersebut akan dibuang melalui urin (glikosuria).

Gejala – gejala yang dirasakan penderita penyakit ini adalah sering merasa haus dan cepat lelah yang disertai penurunan berat badan meskipun nafsu makan tidak berubah. Hasil penelitian epidemiologi, menunjukkan adanya kaitan antara konsumsi serat makanan dengan penyakit diabetes mellitus (DM). Prevalensi penyakit ini lebih rendah dan jarang terjadi pada negara yang masyarakatnya punya kebiasaan makan makanan berserat tinggi.

  1. Kanker

Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar). Obesitas dihubungkan dengan jenis kanker tertentu, dan beberapa ahli percaya bahwa kontrol berat badan yang efektif bagi anak-anak dan dewasa dapat mengurangi kejadian kanker 30-40 %. Obesitas dapat meningkatkan risiko kanker dalam hubungannya dengan kadar hormon yang tinggi yang disebut growth factor, yang mana dapat merangsang pertumbuhan sel yang menyebabkan kanker.

  1. Tidur apneu

Dibawah bagian diafragma didalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga menimbulkan gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan, akan tetapi gangguan pada pernafasan menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah dan terjadi saat tidur kemudian menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu).

  1. Sindroma metabolik (sindroma X)

Sindroma metabolik terdiri dari obesitas yang ditandai dengan penumpukan lemak pada daerah perut, gangguan kolesterol, hipertensi, dan resistensi insulin. Tampaknya faktor genetik berperanan, walaupun obesitas dan makan yang cepat memegang peranan penting di dalam perkembangan sindroma ini. Sindroma metabolik secara signifikan dihubungkan dengan penyakit jantung dan angka kematian yang lebih tinggi.

  1. Masalah persendian

Kalau pria semakin gemuk maka beban tulang akan semakin berat. Karena menyangga beban di luar porsi, maka akan muncul gangguan sendi. Yang sering kita dengar adalah penyakit rematik walaupun tidak semua gangguan sendi adalah rematik. Keadaan ini tentu saja akan membuat hubungan intim dengan pasangan terasa tidak nyaman bahkan keterbatasan dalam gerakan tertentu akan sangat berpengaruh pada tingkat pencapaian orgasme seseorang.

  1. Gangguan hormonal

Semakin gemuk, jumlah testosteron yang mengalir ke otak dan darah akan semakin menurun. Ini menyebabkan nafsu seks akan turun dan ereksi tidak bisa optimal. Dampaknya, membuat penderita tidak percaya diri, ragu akan potensi diri. Produksi testosteron pada lelaki gemuk atau kurus sama banyak. Tapi pada lelaki gemuk, pembagian hormon itu akan lebih luas dan banyak, sehingga jatah ke penis pun jadi berkurang.

  1. Penyakit jantung dan stroke

 Mereka dengan IMT paling sedikit 30 mempunyai 50-100% peningkatan risiko kematian dibandingkan mereka dengan IMT 20-25.  Obesitas tipe buah apel mempunyai risiko hampir 3 kali untuk menderita penyakit jantung dibandingkan dengan berat badan normal. Meningkatnya lemak pada daerah perut secara spesifik dihubungkan dengan kekakuan pembuluh darah aorta, yaitu pembuluh darah arteri utama yang memberikan darah ke organ-organ tubuh.

2.6     Mengukur Lemak Tubuh

Tidak mudah untuk mengukur lemak tubuh seseorang. Cara-cara berikut memerlukan peralatan khusus dan dilakukan oleh tenaga terlatih:

  • Underwater weight, pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa.
  • BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. Setelah seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk mengukur lemak tubuh.
  • DEXA (dual energy X-ray absorptiometry), menyerupai skening tulang. Sinar X digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.

Dua cara berikut lebih sederhana dan tidak rumit:

  • Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur dengan jangka (suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forseps).
  • Bioelectric impedance analysis (analisa tahanan bioelektrik), penderita berdiri diatas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke seluruh tubuh lalu dianalisa.

Pemeriksaan tersebut bisa memberikan hasil yang tidak tepat jika tidak dilakukan oleh tenaga ahli.

Tabel berat badan-tinggi badan ini telah digunakan sejak lama untuk menentukan apakah seseorang mengalami kelebihan berat badan. Tabel biasanya memiliki suatu kisaran berat badan untuk tinggi badan tertentu.

Permasalahan yang timbul adalah bahwa kita tidak tahu mana tabel yang terbaik yang harus digunakan. Banyak tabel yang bisa digunakan, dengan berbagai kisaran berat badan yang berbeda. Beberapa tabel menyertakan ukuran kerangka, umur dan jenis kelamin, tabel yang lainnya tidak.

Kekurangan dari tabel ini adalah tabel tidak membedakan antara kelebihan lemak dan kelebihan otot. Dilihat dari tabel, seseorang yang sangat berotot bisa tampak gemuk, padahal sesungguhnya tidak.

BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan “indeks“, BMI sebenarnya adalah rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih.

Jika nilai BMI sudah didapat, hasilnya dibandingkan dengan ketentuan  berikut  :

INDEKS MASA TUBUH

KATEGORI

< 18,5

Berat badan kurang

18,5 – 24,9

Berat badan normal

25 – 29,9

Berat badan lebih

30 – 34,9

Obesitas I

35 – 39,9

Obesitas II

> 39,9

Sangat obesitas

2.7     Diet therapy pada obesitas

Obesitas (kegemukan) merupakan salah satu masalah yang ditakuti remaja, khususnya remaja putri. Mereka merasa kehilangan kepercayaan diri ketika memiliki bentuk tubuh yang tidak proporsional seperti memiliki banyak lipatan pada perut, pinggang maupun lengan. Bagi sebagian besar para remaja putri tubuh ideal adalah bentuk tubuh seperti para artis yang sering muncul di berbagai media. Begitu pentingnya penampilan fisik menurut remaja setidaknya membuat mereka harus mengetahui gangguan penampilan fisik akibat kegemukan. Hal itu penting agar gangguan kelebihan berat badan itu tidak berlanjut terus yang bilamana tidak segera ditanggulangi bisa menggangu penampilan dan bisa menimbulkan penyakit yang lebih sulit untuk disembuhkan. Ada beberapa cara untuk menaggulangi obesitas ini yaitu;

  1. 1.      Merubah Gaya Hidup

Diawali dengan merubah kebiasaan makan dan aktifitas fisik. Mengendalikan kebiasaan ngemil dan makan bukan karena lapar tetapi karena ingin menikmati makanan dan meningkatkan aktifitas fisik pada kegiatan sehari-hari misalnya gunakan tangga untuk naik turun atau naik satu lantai. Luangkan waktu untuk malakukan olah raga secara teratur sehingga pengeluaran kalori akan meningkat dan jaringan lemak akan dioksidasi. Lakukan olah raga untuk ketahanan sistem kardiovaskuler, untuk kelenturan sendi-sendi, dan latihan yang melibatkan pengguanaan otot-otot besar pada tubuh. Untuk mencapai penurunan berat badan yang diikuti bentuk tubuh yang seimbang, ketiga jenis latihan ini harus dilakukan dengan seimbang

  1. Olah raga

Dalam berolahraga, yang perlu diperhatikan adalah intensitas latihan, lamanya latihan, serta frekuensi latihan. Takaran intensitas latihan untuk olahraga aerobik, seperti lari, lari ditempat, berenang, bersepeda, bersepeda stasioner, jalan kaki, dapat diketahui dari denyut nadi. Dengan menghitung denyut nadi, dapat diketahui apakah intensitas latihan sudah cukup atau masih kurang.

Denyut nadi dapat dihitung dengan meraba pergelangan tangan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah. Denyut nadi maksimal yang boleh dicapai adalah 220 minus umur (dalam tahun). Misalnya, Anda berusia 45 tahun sebaiknya berlatih sampai denyut nadi antara 126 – 152 per menit yang berarti sudah masuk dalam zone latihan.

Agar olah raga ada pengaruhnya terhadap jantung dan peredaran darah, sebaiknya latihan dilakukan hinga mencapai zona latihan dan terus diusahakan berada dalam zona itu paling sedikit 20 – 45 menit. Frekuensi latihan paling sedikit tiga hari seminggu. Bagi penderita obesitas bisa 5 – 6 hari seminggu. Jalan kaki merupakan salah satu olahraga yang teraman, membakar cukup banyak kalori, mudah, dan murah.

  1. 3.      Pengaturan Asupan Makanan

Untuk mengatur asupan makanan agar tidak mengkonsumsi makanan dengan jumlah kalori yang berlebih, dapat dilakukan dengan berbagai diet yang sesuai untuk masing-masing orang misalnya tiger diet, starvation diet, atau diet rendah kalori seimbang (800-1700 Kalori). Tetapi perlu diingat kebutuhan akan gizi seimbang tetap perlu diperhitungkan dengan melakukan diet yang terperogram secara benar. Untuk diet rendah kalori dapat dilakukan dengan mengurangi nasi dan makanan berlemak, konsumsilah makanan yang cukup memberikan rasa kenyang tetapi tidak menggemukan karena jumlah kalori sedikit, misalnya dengan menu yang mengandung serat tinggi seperti sayur dan buah yang tidak terlalu manis. Sayuran dan buah-buahan umumnya memiliki kandungan energi rendah. Kandungan energi tertinggi dalam sayuran adalah daun singkong dan daun tangkil. Buah-buahan yang berkadaar air sedikit seperti pisang, nangka, durian, salak dan alpukat pada umunya berenergi tinggi. Buah-buahan yang berair banyak seperti semangka, jeruk, apel, belimbing, pepaya, anggur dan pear, umumnya berenergi rendah.

  1. Mengurangi Konsumsi lemak

Dr. Leane, M.Sc., ahli gizi menyarankan cara mudah dan praktis untuk diet therapy pada obesitas. Antara lain, menghilangkan kebiasaan ngemil, terutama camilan bertepung dan bergula tinggi. Membiasakan diri makan setiap tiga jam sekali, tapi dijaga keseimbangan input dan output-nya (porsi makanan yang dikonsumsi harus seimbang dengan porsi kegiatan yang dilakukan). Membatasi makanan berkarbohidrat tinggi seperti nasi, kentang, singkong, ubi serta makanan dari terigu. Namun tidak berarti dihentikan hanya dikurangi, karena tubuh memerlukan energi dari karbohidrat untuk metabolisme atau pemecahan zat-zat makanan.

Diet therapy pada obesitas dengan rendah kalori yang diimbangi antara pemasukan dan pengeluaran kemudian makan makanan tinggi serat. Bahan makanan, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan makanan yang mengandung banyak serat, terutama jenis serat yang larut air, contohnya pektin, dan musilase. Serat yang dapat larut dalam air mampu memberikan rasa kenyang lebih lama didalam tubuh dan sangat rendah kalori. Fungsi dari serat selain mampu mengurangi asam empedu yang akan memperlambat daya serap usus halus terhadap lemak. serat juga berperan melapisi mukosa usus halus yang mampu meningkatkan kekentalan volume makanan dan memperlambat penyerapan glukosa. Oleh karena itu tubuh dapat terhindar dari kelebihan kalori.

Contohnya, pada penderita obesitas yang bernama ina. Dengan pola ini bobot tubuhnya yang semula 86 kg dengan tinggi 158 cm bisa berkurang 21 – 22 kg dalam tempo dua tahun. Pagi hari, ia hanya makan sepotong tahu dan sebutir telur rebus, dengan segelas susu tawar tanpa lemak. Siang harinya makan nasi (3 – 4 sendok) dan lauk pauk (sayur, sepotong daging atau ikan, tahu, tempe).

Malam hari ia tidak makan nasi sama sekali, hanya sayuran ditambah sedikit lauk pauk. Makan sayuran memang sangat dianjurkan untuk seseorang yang sedang terapi diet. Sebab, sayuran dapat mengenyangkan, tahan lama, dan rendah kalori. Salah satu jenis buah rendah fruktosa boleh ditambahkan pada sela-sela jam makan apabila masih lapar. Banyak minum air putih.

Untuk memenuhi kebutuhan energi, lemak tubuh dipecah menjadi tenaga. Dengan begitu lemak tubuh berkurang dan bobot badan menjadi turun. Agar tubuh lebih kencang, maka olahraga aerobik seperti lari, lari ditempat, berenang, bersepeda, bersepeda stasioner, jalan kaki, loncat tali, dan lain-lain. Menurut Leane, penurunan bobot ideal setiap satu minggu sekitar 0,5 – 1,5 kg. Seaiknya penurunan bobot badan tidak boleh terlalu cepat, karena apabila sampai bobot turun 5 kg dalam kurun waktu tiga hari misalnya, penurunan bobot tampak cepat berhasil, akan tetapi bobot juga akan cepat naik dan semakin sukar. Hal ini dinamakan “sindrom yoyo”, kurus dan gemuk saling bergantian sehingga tekanan darah pun akan cepat naik dan berdampak negatif pada jantung.

  1. Banyak mengkonsumsi makanan berserat

Para ilmuan mengungkapkan bahwa serat-serat dalma bahan pangan yang tidak terencana mempunyai sifat positif bagi gizi dan matabolisme. Fiber merupakan komponen dari jaringn tanaman yang tahan terhadap proses hidrolis oleh enzim dalam lamung dan usus kecil. Serat tersebut berasal dari dinding sel berbagai sayuran dan buah-buahan. Secara kimia dinding sel tersebut terdapat dalam jenis karbohidrat seperti: selulosa, hemiselulosa, pektin, dan non karbohidrat seperti polimer lignin. Senyawa pektin berfungsi sebagai bahan perekat antara dinding sel yang satu dengan yang lain.

Fungsi dari serat juga melibatkan asam empedu. Jika mengonsumsi serat yang tinggi maka pengeluaran asam empedu lebih banyak mengeluarkan kolesterol dan lemak yang dikeluarkan melalui feses. Dalam hal ini fungsi serat adalah mencegah adanya penyerapan kembali asam empedu, kolesterol, dan lemak sehingga serat dapat dikatakan mempunyai efek hipolipidemik.

Seperti telah dijelaskan, makanan berserat atau buah-buahan akan lebih lama didalam lambung. Dengan demikian laju pengosongan di dalam lambung berjalan lambat dan rasa kenyang terasa lebih lama. Setidaknya, waktu yang dibutuhkan untuk mengunyah buah menjadi lebih lama, dibandingkan bila seseorang memakan sari buah (juice). Semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memakan buah akan berdampak memperlambat proses pencernaan makanan. Hal ini juga dapat mendorong timbulnya rasa kenyang lebih cepat.

Kegunaan serat makanan sebagai berikut :

  • Serat makanan mampu melindungi kolon dari gangguan konstipasi, diare, divertikulum, wasir, dan kanker kolon.
  • Serat makanan mencegah terjadinya gangguan metabolisme sehingga tubuh terhindar dari kegemukan dan kemungkinan serangan penyakit diabetes melitus, jantung koroner, dan batu empedu.

Peranan serat makanan tidak kalah pentingnya dibanding komponen esensial lainnya. Berdasarkan hasil penelitian epidemiologi yang dilakukan oleh Burkitt dan Trowell tahun 1970-an diperoleh fakta bahwa penyakit degeneratif jarang dijumpai di Afrika dibanding di Inggris. Rupanya, pola konsumsi masyarakat di kedua negara itu juga berbeda. Sebagian masyarakat Afrika lebih banyak mengkonsumsi makanan berserat dibanding masyarakat Inggris.

Sumber Serat Makanan

  1. Cara Memperoleh Makanan
    1. Serealia

Serealia adalah bahan pangan dari tanaman yang termasuk famili rumput-rumputan (Gramineae), diantaranya padi (Oryza sativa L.), gandum (Triticum sp.), dan sorgum (Sorghum vulgare L.).

  1. Padi (Oryza sativa L.)

Beras adalah makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Di pasaran, masyarakat dapat menemukan dua jenis beras, yaitu beras giling dan beras tumbuk.

Umumnya masyarakat lebih suka beras giling, karena lebih putih dan tahan lama. Padahal, beras giling telah banyak kehilangan serat dan zat gizi lainnya.

Kandungan serat lebih banyak terdapat pada beras tumbuk. Penurunan kandungan serat makanan pada berbagai varietas, sebelum dan sesudah penggilingan.

Tabel 1.1

Kandungan Serat Kasar dalam 100 g  Beras Tumbuk Dan Giling

Jenis beras

Kandungan serat kasar (g)

Varietas pelita I/1

–          Tumbuk

–          Giling

0,5

0,4

Varietas pelita II/1

–          Tumbuk

–          Giling

0,7

0,4

Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, 1990.

  1. Gandum

Biji gandum yang telah diolah menjadi tepung, umumnya mengalami penurunan kandungan serat. Akan tetapi, daya cerna dan sifat panggangnya semakin meningkat. Itu sebabnya, tepung gandum lebih banyak diolah menjadi roti, kue atau biskuit.

Tabel 1.2

Kandungan Serat Makanan Pada Roti

Jenis roti

Berat (g)

URT

Kandungan serat (g)

Roti putih

Roti kasar

20

20

1 iris

1 iris

1

3,5

Sumber : Nutrition and Dietitics for Nurses, 1993.

Keterangan . URT = ukuran rumah tangga

  1. Jagung (Zea mays)

Pengolahan jagung menjadi tepung juga menyebabkan menurunnya kandungan serat. Untuk mendapatkan jagung dengan kandungan serat tinggi, dapat dipilih jagung yang masih terbungkus kelobot.

Tabel 1.3

Kandungan Serat Pada Beberapa Jenis Jagung

Jenis jagung

Kandungan serat kasar (g)

Varietas kuning

Varietas harapan

Varietas metro

2,2

2,6

2,9

Sumber : Puslitbang Gizi, 1990.

  1. Sorgum (Sorghum vulgare L.)

Sorgum giling mempunyai tekstur yang lebih kasar dan tidak seputih beras padi. Akibat penggilingan sorgum akan kehilangan bagian kulit luar dan sebagian biji lainnya sehingga kandungan seratnya menjadi berkurang. Namun, penggilingan biji sorgum menjadi tepung akan meningkatkan daya cerna dan nilai rasa sorgum.

Tabel 1.4

Kandungan Serat Kasar Biji Sorgum, Kasar Biji Pra Dan Pasca Giling

Bagian biji

Serat kasar (%)

Kulit luar

Endosperma

Lembaga

8,6

1,3

2,6

Sumber : Hahn, 1969.

Perlakuan

Serat kasar (%)

Sebelum digiling

Sesudah digiling

2,1

0,4

  

Sumber : Nayarana, et al.,1958.

 

  1. Kacang – kacangan

Bahan nabati dari golongan kacang – kacangan yang biasa dikonsumsi, meliputi kacang kedelai, kacang tanah, kacang merah, kacang tolo, serta kacang hijau. Diantara jenis kacang – kacangan tersebut, kacang kedelai paling banyak variasi olahannya. Sebaiknya tidak mengkonsumsi kedelai mentah, karena kandungan zat toksiknya, tripsin inhibitor. Bila sampai tertelan, orang bersangkutan akan mengalami keracunan.

Tabel 2.1

Kandungan Serat Pada Beberapa Jenis Kacang – Kacangan

Jenis kacang – kacangan

Serat (g)

Kacang kedelai

Kacang tanah

Kacang hijau

4,9

2,0

4,1

Sumber : U.S.A. Departement of Agriculture, 1975 dan Thirumaran and Seralathan, 1988

  1. Sayur – sayuran

Sayur – sayuran merupakan tanaman atau bagian tanaman yang dapat dihidangkan atau dimakan dalam keadaan mentah maupun matang. Sayuran memang disukai oleh hampir semua orang. Bahan nabati ini sangat dibutuhkan dan harus dikonsumsi setiap hari sesuai dengan jumlah dan komposisi yang seimbang. Selain itu, sayuran bermanfaat bagi kesehatan tubuh sesuai dengan zat – zat yang dikandungnya. Selain kaya kandungan vitamin dan mineral, sayuran pun kaya serat.

Tabel 3.1

Kandungan Serat dalam 100 G (Bdd) Sayuran

Jenis Sayuran

Kandungan Serat (g)

Sayuran Daun

–           Bayam

–           Kangkung

–           Daun Pepaya

–           Daun Singkong

–           Kubis

–           Sawi Hijau

–           Seledri

–           Selada

0,8

1,0

2,1

1,2

1,2

1,2

0,7

0,6

Sayuran Buah

–           Tomat

–           Paprika

–           Cabai

–           Buncis

–           Kacang panjang

1,2

1,4

0,3

1,2

2,5

Sayuran Umbi

–           Bawang putih

–           Bawang merah

–           Kentang

–           Lobak

–           Wortel

1,1

0,6

0,3

0,7

0,9

Sayuran Bunga

–           Brokoli

–           Kembang kol

0,5

0,9

Sayuran Batang muda

–           Asparagus

–           Jamur

0,6

1,2

Sumber : wirakusumah, E.S., 1994.

Keterangan : BDD = berat yang dapat di makan

Aktivitas fisik merupakan salah satu hal yang penting untuk melakukan diet dalam kegemukan. Hal itu akan membantu untuk meniadakan beberapa efek yang tidak menyenangkan dari pengurangan pemasukan kalori. Gerakan badan isometrik yang meliputi flexsing dan stretching memperbaiki sifat otot, tetapi tidak membakar lemak. Contoh dari gerak aerobik adalah berjalan, bersepeda, berenang, lari kecil. Manfaat dari gerak aerobik sebagai berikut:

  1. Memperbaiki sifat otot
  2. Kenaikan dasar metabolisme selama latihan
  3. Peningkatan kehilangan lemak tubuh
  4. Mengurai stres, tensi, dan memperbaiki kestabilan program kontrol berat

Program Penurunan Kolesterol pada Obesitas

Program ini diutamakan ditujukan pada penderita obesitas yang terkena atherosklorosis dan hiperlipidemia. Para klien harus tetap mempelajari pengubahan-pengubaahan yang harus dibuat dengan tetap mempertahankan jumlaah lemak yang telah dianjurkan. Semua daging, unggas, ikan dan kerang mengandung beberapa lemak jenuh dan koleterol. Cara yang terbaik untuk mengontrol kandungan lemak dan kolesterol adalah memilih potongan-potongan yang paling tipis dan membatasi jumlah makanan yang dikonsumsi per hari. Susu murni dan produknya dengan lemak susunya merupakan sumber yang kaya akan lemak jenuh. Meskipun 2% dari lemak susu mempunyai ambang jumlah yang dapat dipertimbangkan dan beberapa keju telah diberi label rendah lemak atau skim sebagian, ia mempunyai kandungan lemak yang sama banyaknya dengan keju dari susu murni. Skim atau 1% lemak susu dan yogurt non lemak atau rendah lemak dianjurkan penggunaanya.

Selain hal diatas, Cara memasak yang sedikit menambah lemak dapat digunakan. Seperti steaming, baking, poaching, broiling, braising, griling, stir frying. Makanan dapat dimasak tanpa lemak, serta memasak dengan microwave. Makanan dapat dimasak tanpa lemak dengan menggunakan panci non-stik atau menggunakan cooking spray non lemak dengan menggunakan alat-alat yang biasa dipakai.

Karakteristik diet penurunan kolesterol adalah:

  1. Penurunan total lemak
  2. Penurunan lemak jenuh
  3. Lemak tak jenuh sebagai pengganti sebagian lemak jenuh
  4. Penurunan kolesterol
  5. Penambahan karbohidrat
  6. Penambahan serat terlarut
  7. Penurunan kalori untuk mencapai berat badan ideal.

Total lemak, lemak jenuh, dan kolesterol dibatasi penggunaanya dengan petunjuk sebagai berikut:

  1. Daging, ikan dan unggas dibatasi
  2. Lemak dan minyak dibatasi
  3. Teknik memasak dengan rendah lemak harus digunakan
  4. Keju seharusnya tidak mengandung lemak lebih dari 2-6 gr/ons

Program Penurunan Trigliserida pada Obesitas

            Tingkat trigliserida 250-500 mg/dL diklasifikasikan sebagai ambang batas. Trigliserida diproduksi dalam hati dari karbohidrat dan alkohol. Therapi yang berhubungan dengan diet untuk ambang batas trigliserida termasuk mengontrol berat badan dan menghindari alcohol. Meningkatkan aktifitas fisik juga dianjurkan. Bagi klien yang menderita peningkatan trigliserida parah (lebih dari 1000mg/dL) dan tingginya kandungan klimorkon, sangat rendahnya lemak pada makanan (dimana lemak hanya 10%-20% dari total kalori) hal diatas sangat diperlukan untuk mencagah timbulnya pankreatits. Makanan harus selalu dijaga setiap saat karena hanya sepotong daging berlemak tinggi dapat menyebabkan pankreatitis.

Banyak kasus disebabkan oleh lingkungan atau yang kedua oleh tingkat plasma trigliserida. Kegemukan merupakan penyebab yang paling biasa. Yang lainya termasuk kebanyakan mengkonsumsi alcohol, diabetes, gagal ginjal, liver dan beberapa obat seperti thizide diuretics, beta-blocking agens, estrogen (termasuk alat kontrasepsi oral), dan retinods

Gaya hidup berubah termasuk kontrol berat badan, meningkatnya aktifitas, membatasi penggunaan alkohol, adalah tujuan utama untuk membatasi peningkatan trigliserida.  Kadar kolesterol dibawah 35 mg/dL adaah salah satu faktor pembawa resiko untuk CHD; faktor gaya hidup dan lemahnya pemahaman tentang faktor genetika nampak sebagai faktor penyebab. Kolesterol HDL dapat ditingkatkan melalaui penurunan berat badan, peningkatan aktifitas olhraga, dan menghentikan aktifitas merokok.

 

Puasa sebagai solusi Obesitas dari Islam

Puasa dipandang dari  aspek kesehatan memiliki banyak manfaat. Hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh puasa Ramadhan menunjukan bahwa total kolesterol (TC), urea, trigliserid Dan LDL (low density lipoprotein) menurun secara nyata baik orang Usia muda (<30 tahun), normal dan usia 30-45 tahun. Pada kelompok hiperlipidemia puasa Ramadhan juga menyebabkan penurunan TC, TG dan LDL (p<0,05), hasil penelitian lainya menunjukan bahwa puasa Ramadhan dapat menurunkan glukosa darah, leptin dan meningkatkan konsentrasi adiponektin setelah puasa hari ke 26. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa puasa ramadhan dapat digunakan sebagai diet therapy pada obesitas.

Puasa memiliki pengaruh yang hebat dalam menjaga keseimbangan tubuh dan organ bagian dalam. Hal ini berdasarkan beberapa hadis yaitu;

“Berpuasalah, kamu akan sehat.” (HR. Ibnu Sunni dan Abu Nu’aim)

Rasulullah SAW bersabda:

“ Tempat yang paling jelek untuk dipenuhi oleh Ibnu Adam dalah Perutnya. Sudah cukup untunya beberapa suapan yang bisa menegakkan tulang sulbinya. Bila harus makan, maka sepertiga makanan, sepertiga minuman, dan sepertiga untuk nafasnya.”

BAB III

PENUTUP


3.1     Kesimpulan

  • Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.
  • Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.
  • ·         Tipe Obesitas:

Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak

Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh

  • ·         Penyebab Obesitas:

–          Faktor lingkungan

–          Faktor Psikis

–          Faktor Genetik

–          Faktor Hormon

–          Faktor Perkembangan

–          Aktivitas Fisik

–          Faktor Kesehatan

–          Obat-Obatan

  • ·         Dampak Obesitas:

–          Jantung koroner

–          Diabetes Mellitus

–          Tidur apneu

–          Masalah Persendian

–          Jantung dan stroke

–          Kanker

–          Gangguan Hormonal

  • ·         Pengukuran Berat Badan

–          Underwater weight

–          DEXA

–          BOD POD

–          Jangka kulit

–          Bioelectric impedance analysis

  • ·         Diet Therapy Obesitas
    • Program Penurunan Kolesterol pada Obesitas

Karakteristik diet penurunan kolesterol adalah:

–          Penurunan total lemak

–          Penurunan lemak jenuh

–          Lemak tak jenuh sebagai pengganti sebagian lemak jenuh

–          Penurunan kolesterol

–          Penambahan karbohidrat

–          Penambahan serat terlarut

–          Penurunan kalori untuk mencapai berat badan ideal.

  • Puasa sebagai solusi Obesitas dari Islam
  • Program Penurunan Trigliserida pada Obesitas

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. Seluk Beluk Obesitas. http://www.dr-rocky.com/layout-artikel-kesehatan/ 30-seluk-beluk-obesitas. Diakses tanggal 24 April 2009

Anonymous. 2008. Serat Untuk Tubuh. (http//:www. Wikipedia. Com). Diakses tanggl 24 April 2009

Anonymous. Obesitas (Kegemukan). http://id. Wikipedia.org/obesitas.htm. diakses tanggal 24 April 2009

Budiyanto, MAK. 2002. Gizi dan Kesehatannya. UMM Press. Malang

Budiyanto, MAK. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. UMM Press. Malang

Sulistijani, Dino A. 1999. Sehat Dengan Menu Berserat. PT Trubus Agriwidya. Jakarta.